A. Pengertian
Transpirasi
Transpirasi adalah
proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang
terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan
lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi
siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang).
Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara
luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan
lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Transpirasi adalah
terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara
bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk
mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau
transpirometer.
Transpirasi dalam
tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang
ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air ditranspirasikan
berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat
mempengaruhi laju transpirasi. Selain itu transpirasi juga terjadi melalui luka
dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan
akar.
Tidak semua tumbuhan
mengalami proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang mengalami proses
ini, transpirasi terkadang terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan
tumbuhan kehilangan banyak air dan lama kelamaan layu sebelum akhirnya mati.
B. Macam-Macam Transpirasi
Ada tiga tipe
transpirasi yaitu :
a. Transpirasi Kutikula
Adalah
evaporasi(penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian
besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang
dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar
air yang hilang terjadi melalui stomata.
b. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil
daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat
ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh
air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan
uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer
di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu
jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti
terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
c. Transpirasi
Lentikuler
Lentisel adalah daerah
pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai
alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari
total transpirasi
C. Mekanisme
Transpirasi
Pada transpirasi, hal
yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke
udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak
langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi
pergerakannya.
Air diserap ke dalam
akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut
gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan
besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari
penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui
simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus
transportasi.
D. Faktor Yang
Mempengaruhi Transpirasi Tumbuhan
Kegiatan transpirasi
terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor
luar,
1. Yang terhitung
sebagai faktor-faktor dalam adalah:
• Besar kecilnya daun
• Tebal tipisnya daun
• Berlapiskan lilin
atau tidaknya permukaan daun
• Banyak sedikitnya
bulu di permukaan daun
• Banyak sedikitnya
stomata
• Bentuk dan lokasi
stomata
Video : Struktur Daun
Struktur daun:
Hal-hal ini semua
mempengaruhi kegiatan transpirasi
a. Bentuk serta
distribusi stomata
Lubang stomata yang
tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas pengeluaran
air. Juga yang letaknya satu sama lain di perantaian oleh suatu juga jarak yang
tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu
terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu malah menghambat
penguapan dari lubang yang berdekatan.
b. membuka dan
menutupnya stomata
mekanisme mebuka dan
menutupnya stomata berdasarkan suatu perubahan turgor itu adalah akibat dari
perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup.
c. banyaknya stomata
pada tanaman darat
umumnya stomata itu kedapatan pada permukaan daun bagian bawah. Pada beberapa
tanaman permukaan atas dari daun pun mempunyai stomata juga. Temperatur
berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak tanaman stoma
tidak berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius
Bagian-bagian Stomata:
Video pendukung: Bagian
Stomata video
2. Faktor-faktor luar
yang mempengaruhi transpirasi
• Sinar matahari
Sinar menyebabkan
membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma jadi banyak sinar
mempercepat transpirasi
• Temperatur
Pengaruh temperatur
terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu didalam
hubungannya dengan tekanan uap air didalam daun dan tekanan uap air diluar
daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap didalam daun.
• Kelembaban udara
• Angin
• Keadaan air didalam
tanah
Walaupun beberapa jenis
tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika transpirasi
berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi
tumbuhan tersebut misalnya dalam:
• Mempercepat laju
pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem
• Menjaga turgiditas
sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
• Sebagian salah satu
cara untuk menjaga stabilitas suhu.
F. Cara Pengukuran
Transpirasi
Pengukuran laju
transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena
semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam
berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara
laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini
adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran
uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna
biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah
jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada
permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah
daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah
jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup
kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur
pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air
tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan
jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan uap air
yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan
tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya
sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi
yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah
diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat
dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu
tertentu dengan penimbangan langsung
Cara lain pengukuran
Transpirasi
1. Metode lisimeter
atau metode grafimeter
Dua abad yang lalu,
Stephen Hales mempersiapkan tanaman dalam pot dan tanamannya yang ditutup rapat
agar air tidak hilang, kecuali dari tajuknya yang bertranspirasi kemudian,
tanaman dalam pot itu ditimbang pada selang waktu tertentu, dan arena jumlah
air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman ( misalnya, yang diubah menjadi
karbohidrat ) kurang dari 1 % dari jumlah air yang di transpirasikan, maka
sebenarnya semua perubahan bobot dapat dianggap berasal dari transpirasi. Ini
dinamakan metode lisimeter.
Hanks dan peneliti
lannya sudah banyak sekali mengembangkan metode sederhana ini. Lisimeter
miliknya di kebun Greenville merupakan beberapa bejana yang besar ( beberapa
meter kubik besarnya ) diisi penuh dengan tanah dan dikuburkan, sehingga
permukan atasnya sama tinggi dengan permukaan lapangan. Bejana terebut
diletakkan di dekat bantalan karet besar yang diletakkan didasarnya dan diisi
air dan zat anti beku yang dihubungkan dengan pipa yang tegak keatas permukaan
tanah. Tinggi cairan dalam pipa menunjukkan ukuran bobot lisimeter, maka
permukaannya berubah-ubah sejalan dengan perubahan kandungan air dalam tanah
dilisimeter dan dalam tanaman yang sedang tumbuh, walaupun bobotnya kecil saja
di bandingkan dengan bobot tanah. Jumlah air tanah di tentukan oleh air irigasi
dan jumlah hujan dikurangi evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan
dari tanah dan transpirasi dari tumbuhan. Penguapan dari tanah dapat diduga
dengan berbagai macam cara. Lisimeter merupakan metode lapangan paling handal
untuk mempelajari evapotransipirasi, tapi memang mahal dan tidak mudah di
pindah-pindahkan. Meskipun tidak diseluruh dunia, lisimeter banyak digunakan.
Teknik yang lebih umum, menggunakan persamaan perimbangan air untuk menghitung
evapotranspirasi dari selisih anars masukkan dan pengeluaran
Et = irigasi + hujan +
pengurasan – drainase – aliran permukaan.
Dengan Et = evapo
transpirasi, dan pengurasan adalah kehilangan dari cadangan tanah. Pengukuran
cadangan air tangah pada awal dan akhir suatu periode menghasilkan nilai
pengurasaan.
2. Metode pertukaran
gas atau metode kurvet
Dalam metode ini,
transpirasi dihitung dengan cara mengukur uap air di atmosfer yang tertutup
yang mengelilingi daun. Sehelai daun di kurung dengan sebuah kuvet bening
misalnya, dan kelembabapan suhu, dan volume gas yang masuk dan keluar kuvet di
ukur.
H. Istilah
Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya
air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara
disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut
transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut Evapotranspirasi.
I. Kegunaan dan kerugian
transpirasi terhadap tumbuhan
1. Kegunaan Transpirasi
pada tumbuhan antara lain :
• Pengangkutan air ke
daun dan difusi air antar sel
• Penyerapan dan
pengangkutan air, hara
• Pengangkutan asimilat
• Membuang kelebihan
air
• Pengaturan bukaan
stomata
• Mempertahankan suhu
daun
• Pengangkutan mineral
• Pertukaran energi
2. Pengaruh Transpirasi
yang merugikan
Jika tanah cukup
mengandung air, laju transpirasi yang tinggi, dalam jangka waktu yang pendek,
tidak akan menimbulkan kerusakan yang berarti pada tumbuhan. Tetapi jika
kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh traspirasi yang
merugikan akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor.
Tingkat kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan
pada tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari sel
parenkima yang berdinding tipis akan layu dengan cepat.
Kelayuan tumbuhan di
atas tanah digolongkan sebagai layu sementara atau layu permanen. Layu
sementara terjadi jika tanah masih mengandung air yang tersedia bagi tumbuhan.
Kelayuan tersebut terjadi akibat kelebihan transpirasi dari absorpsi yang
bersifat sementara. Tumbuhan biasanya menjadi segar kembali setelah laju
transpirasi menurun. Daun yang layu pada siang hari akan segar kembali pada
malam hari atau pagi berikutnya. Daun dapat juga meningkat turgornya pada siang
hari jika transpirasi menurun akibat adanya awan, penurun suhu atau hujan kecil
walaupun air tersebut tidak sampai menembus ke akar.
Sebaliknya, layu tetap
diakibatkan oleh terjadinya kekurangan air yang berat dalam tanah. Akar tidak
dapat mengabsorpsi air, maka tumbuhan akan mati kecuali jika persediaan air
dalam tanah dapat ditingkatkan kembali.
Layu sementara yang
terjadi berulang-ulang akan menimbulkan pengaruh yang merugikan pada
metabolisme tumbuhan dan tumbuhan yang sering mengalami kelayuan akan tertekan
pertumbuhannya. Penyebab utamanya adalah kekurangan air akan menghambat laju
pertumbuhan jaringan muda, khususnya proses pembelahan dan pembesaran sel. Penghambatan
laju pertumbuhan ini menyebabkan menurunnya penggunaan makanan oleh jaringan
yang sedang tumbuh, dan pada umumnya kekurangan air selalu diikuti oleh
penimbunan karbohidrat. Tingkat karbohidrat yang tinggi yang berlanjut dapat
menimbulkan perubahan struktural dan perubahan fisologis permanen yang
berkaitan dengan pertumbuhan yang tertekan.